Rabu, 29 Agustus 2012

 Jadi kita tetap punya PILIHAN

 

Pilihan adalah sebuah kata kunci. Begitu menyadari bahwa kita punya pilihan, kita akan berubah dari objek menjadi subjek. Dalam sebuah percakapan misalnya, “Saya harus pergi” coba katakan, “Saya mau pergi” atau “Saya memilih untuk pergi”, kita akan berubah dari kondisi tak berdaya (powerless) menjadi berdaya (powerful). Tak ada seorang pun yang dapat mengharuskan kita pergi. Ini adalah pilihan kita sendiri. Dengan demikian kita bukan korban, tapi kita sudah menjadi pelaku.

Banyak manusia yang menjalani hidupnya dalam ketidaksadaran. Mereka laksana robot-robot yang dikendalikan oleh orang lain. Saya jadi teringat cerita Anthony de Mello mengenai seorang petani yang suatu hari menemukan telur elang di dekat kandang ayamnya. Karena ia tidak mengetahui telur apa yang sedang dipegangnya, petani tersebut menempatkan terlur tersebut bersama telur ayam yang sedang dierami induknya. Setelah menetas, elang itu hidup dan berperilaku persis sama seperti anak ayam, karena ia mengira bahwa dirinya memang anak ayam.

Pada suatu hari, ia melihat seekor elang yang dengan gagah terbang mengarungi angkasa. “Wow, luar bisa! Siapa itu?” katanya penuh kekaguman. “Itulah elang, raja segala burung!” sahut ayam-ayam di sekitarnya. “Kalau saja kita bisa terbang ya? Luar biasa!” kata si elang kecil. “Ah, jangan mimpi,” kata kawan-kawannya. “Dia adalah makhluk angkasa, sedang kita hanya makhluk bumi. Kita hanya ayam!” Meyakini dirinya hanya ayam, elang itu makan, minum, menjalani hidup dan akhirnya mati sebagai seekor ayam.

Inilah perumpamaan manusia yang terkungkung oleh paradigmanya sendiri dan tidak menyadari bahwa ia memiliki begitu banyak pilihan dalam hidup. Bahkan pada saat ia menjalani “kehidupan seperti ayam” ia sebenarnya “memilih” kehidupan semacam itu. Ia sebenarnya “memilih” untuk tidak memilih.

Sebagian dari kita mungkin akan bertanya, apa benar kita senantiasa memiliki pilihan dalam situasi apapun? Saya akan menjawab dengan sangat tegas, “YA”. Benar, bahwa ada hal-hal yang tak dapat kita ubah, ada hal-hal yang tak dapat kita control. Kita tak selalu bebas menetukan lingkungan kita, tetapi kita senantiasa bebas memilih tindakan dan respon terhadap situasi apa pun.

Kita memang tidak dapat memilih orang tua kita, dimana kita dilahirkan dan seterusnya. Tapi begitu kita sadar bahwa kita punya pilihan, kita dapat memilih mau jadi apa kita di masa depan. Masih ingat dengan kalimat salah satu iklan yang sering di tayangkan di televisi? ‘Menjadi Tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan!’

Kita juga tidak bisa mengontrol krisis ekomoni dan harga-harga yang terus membumbung tinggi, tapi kita bisa memilih cara hidup dan mengelola pengeluaran kita sendiri. Kita memang tidak bisa mengontrol keamanan, tapi kita bisa memilih untuk tidak terlalu sering keluar malam. Dan untuk para akhwat (baca: perempuan), kita memang tak dapat mengontrol kasus pemerkosaan, tapi kita bisa memilih pakaian apa yang akan kita kenakan. Jadi, kita tetap punya pilihan!

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” QS 13:11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar