Kamis, 23 Oktober 2014

Dilangit yang sama



Dilangit yang sama...
Kami mencoba melepaskan kebanggaan duniawi
Memohon ampun atas dosa-dosa yang selama ini telah menyimpangkan jutaan kilometer jarak dari Sang Ilahi
Memohon ampun atas dosa-dosa yang telah berkarat mengotori hati
Dilangit yang sama...
Kami tidak rela membiarkan sedetik pun hari yang diistimewakan ini
Mencoba berserasi dengan frekuensi Ilahiyah
Dilangit yang sama...
Jutaan milyar malaikat menyirami berkat
Pada jiwa yang menggetarkan bibir, melepaskan dzikir
Dilangit yang sama...
Kami berharap panas terik matahari tidak mempengaruhi percakapan kami dengan Sang Pengatur Mahatari
Mengingat pesan Nabi, bahwa diantara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari ini
Bahwa sebaik-baik do’a adalah hari ini
Dilangit yang sama...
Kau di Arafah, aku di Jakarta

*Jumu’ah mubarakah, 9 Dzulhijjah 1435 H

Wakil rakyat yang katanya…...



Wakil rakyat yang katanya terhormat
Tidak bisakah Anda menyampaikan pendapat dengan beradab?
Tanpa jari telunjuk yang Anda angkat
Atau semua jari yang Anda gunakan untuk memijat
Wakil rakyat yang katanya amanat
Janganlah bersikap seperti kanak-kanak
Berteriak-teriak hingga serak
Seolah-olah kami tak melihat
Wakil rakyat yang katanya memikat
Kami menyaksikanmu dari layar kotak
Tidurmu dalam sidang rakyat
Atau rusuhmu dalam menyampaikan pendapat
Wakil rakyat yang katanya pintar bermartabat
Kami tertawa dalam sekat
Menyaksikan para pelawak belajar berpolitik
Dan politikus belajar menjadi pelawak
Wakil rakyat yang katanya bukan pelawak
Semalam kami terperanjat
Menahan tawa tapi Anda sangat kocak
Menghilangkan palu sidang karena perbedaan pendapat
Wakil rakyat yang katanya terhormat
Salam hormat dari kami
Semoga kelak Anda tidak terpilih lagi
Terima kasih

*2 Oktober 2014
Pasca tragedi hilangnya palu pimpinan sidang