Kamis, 01 Juni 2023

DUA GARIS YANG DIRINDUKAN 

(Part 2: Awal pemeriksaan)


Agustus 2019, kami mulai mencari dokter dan rumah sakit. Aktivitas kami yang sama-sama berkerja dari senin hingga jumat, dari pagi hingga menjelang magrib, maka kami memutuskan untuk mencari dokter yang praktik diluar jam kerja kami dan tentunya yang berlokasi tidak jauh dari rumah kami di Cilincing, Jakarta Utara. Saya berpikir bahwa program hamil ini akan membutuhkan tindakan-tindakan yang akan membuka aurat, maka saya meminta kepada pak suami untuk mencari dokter perempuan.

Mencari-cari rumah sakit dan dokter sesuai kriteria diatas, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan promil di rumah sakit negeri sekitar Tanjung Priok. Kunjungan perdana pun kami lakukan selepas kerja. Dipertemuan tersebut saya mendapatkan edukasi bahwa 50% penyebab infertilitas (ganguan kesuburan) dari pihak istri,  30% dari pihak suami, 15% dari kedua belah pihak dan 5% tidak diketahui penyebab infertilitasnya. Itulah sebabnya, tidak hanya pihak istri saja yang perlu diperiksa dalam program kehamilan. Pihak suami juga sangat perlu dilakukan pemeriksaan. Ingat ya itu wahai kaum adam, tidak melulu terlambatnya memiliki keturunan itu disebabkan oleh istri. Bisa jadi dari suami atau kedua belah pihak. Jadi, harus sama-sama diperiksa!

Yes, lanjut. Dipertemuan tersebut, pertama kalinya saya mendapatkan tindakan USG transvaginal. Bagaimana rasanya? Malu, tegang dan takut! Ya, takut! Ketakutan akan hasil pemeriksaan USG yang kurang menyenangkan didengar. Namun, alhamdulillah, hasil pemeriksaan USG transvaginal menunjukkan bahwa saya tidak memiliki kista ataupun miom. Hanya saja bentuk rahim saya terbalik atau secara medis disebut rahim retrofleksi. Dokter menjelaskan bentuk rahim retrofleksi tidaklah masalah. Itu hanya variasi bentuk rahim saja, sama halnya dengan hidung, ada yang mancung dan ada yang pesek. Namun, memang menurut beberapa penelitian, perempuan yang memiliki rahim retrofleksi butuh mengangkat kakinya dengan posisi sikap lilin. Namun, penelitian lain juga menunjukkan bahwa tidak perlu. Entah mana yang benar.


Gambar. 1 Bentuk Rahim


Gambar 2. Sikap Lilin


Pemeriksaan USG transvaginal selesai. Alhamdulillah, secara keseluruhan rahim saya dalam kondisi yang baik. Kami diminta kembali kontrol saat saya mengalami haid, yaitu antara hari ke-2 sampai hari ke-5 haid untuk melihat kondisi sel telur. Nah, bagi bunda-bunda yang baru mulai untuk konsultasi promil, saran saya sebaiknya saat haid, antara hari ke-2 sampai hari ke-5. Karena difase tersebut adalah fase terbaik untuk melihat kondisi rahim dan sel telur. Jadi, bunda tidak perlu bolak balik ke dokter dan hemat biaya juga. Lumayan kan, sekali  konsultasi dan USG bisa menghabiskan 1/2 juta sendiri 😔.

Hari demi hari pun kami lewati. Hingga tibalah waktu haid saya tiba, kami memutuskan kembali kontrol. Dipertemuan kedua ini, dokter tidak banyak bicara. Beliau hanya menjelaskan bahwa hasil USG transvaginal disaat haid ini menunjukkan bahwa sel telur saya pun dalam keadaan baik. Kami diminta untuk melakukan tindakan lanjutan. Saya diminta untuk melakukan HSG, dan pak suami dirujuk untuk melakukan analisa sperma. Berhubung rumah sakit tempat kami promil bukanlah rumah sakit yang besar. Jadi, fasilitas terkait penunjang pemeriksaan program kehamilan pun kurang lengkap. Kami pun mulai ragu untuk meneruskan promil  di rumah sakit tersebut. Alasannya? Jadi kurang efektif karena akan sering dirujuk untuk pemeriksaan-pemeriksaan lainnya.

Lanjut part berikutnya yaaa 😉

Tidak ada komentar:

Posting Komentar