Selasa, 27 Desember 2016

  Mimpi Memeluk Bintang


Saat malam, ketika bintang-bintang seakan-akan enggan menampakkan dirinya dan gelap gulita menyeliputi dunia, seorang perempuan duduk di dalam rumahnya setelah thawaf beberapa putaran di sekeliling ka'bah. Lalu, ia beranjak menuju peraduannya dengan raa puas dan seuntai senyum yang menghiasi bibirnya. Ia tak pernah tahu, apa yang sebenarnya sedang tersembunyi dibalik perasaannya saat itu. Tidak lama kemudian, dirinya telah terbuai dalam tidur yang tenang.

Didalam tidurnya, perempuan tersebut bermimpi ada matahari besar yang turun perlahan dari langit kota Mekah dan berhenti tepat di atas rumahnya. Seluruh sudut ruangan yang ada di rumahnya diterangi dengan sinar yang indah. Sinar itu memancar dan menerangi segala sesuatu yang ada di sekitarnya,sehingga menyenangkan hati sebelum menyenangkan mata setiap orang yang memandangnya.


Perempuan terkejut dan langsung terbangun. Pandangannya menyapu setiap sudut rumahnya, tapi ternyata malam masih menyelimuti bumi dengan pekat gulitanya dan menutupi setiap benda yang ada di atasnya. Hanya saja, cahaya terang yang ia lihat begitu indah dalam mimpinya tetap memenuhi perasaannya dan memancar di dalam lubuk hatinya.

Keesokan harinya, ketika malam telah berganti pagi, perempuan tersebut meninggalkan rumah di bawah curahan sinar matahari yang baru menyingsing dan bergegas menuju rumah sepupunya. Ia berharap dapat menemukan penafsiran atas mimpi indah yang dialaminya malam tadi.

Sesampainya di rumah seorang ahli kitab yang sekaligus menjadi sepupunya, perempuan tersebut menceritakan apa yang dilihatnya dalam mimpi dengan pelan-pelan. Sedangkan sepepunya mendengarkan dengan seksama, hinnga ia lupa dengan lembaran-lembaran kitab suci yang ada di tangannya. Sang ahli kitab tersebut merasa ada sesuatu kekuatan yang menarik perasaannya, sehingga ia terus mendengar penuturan sepupunya tersebut sampai selesai.

Setelah mendengar penuturan sepupunya, roman wajah sang ahli kitab menyiratkan kebahagian, seuntai senyum menghiasi bibirnya seraya berkata, "Berbahagialah, wahai sepupuku. Seandainya Allah benar-benar membuat mimpimu menjadi kenyataan, maka cahaya kenabian akan masuk ke rumahmu. Dan darinya, akan terpancar cahaya risalah nabi terakhir."

Allahu Akbar! Apa yang sebenarnya baru saja didengar oleh perempuan tersebut? Ia hanya bisa diam membisu untuk beberapa saat. Ada getaran yang merasuk di dalam tubuhnya, sementara dadanya bergemuruh dengan perasaan yang tidak menentu antara hasrat, kasih sayang dan harapan.

Sejak saat itu, perempuan tersebut menjalani hari-harinya dengan penuh cita-cita. Ia berharap dapat menjadi sumber kebaikan bagi sekitarnya. Dimasa penantian akan hadirnya seorang laki-laki yang sesuai dengan harapannya tersebut ia merasa tenang,tak sedikit pun ada keraguan. Mengapa? Karena ia yakin bahwa Allah sedang menyembunyikan sesuatu yang akan sangat membahagiakan

Sahabat, perempuan tersebut adalah ibunda kita, Khadijah binti Khuwailid ra. Perempuan yang akhirnya menjadi istri dari manusia terbaik dibumi ini, Rasulullah Saw. Perempuan yang setia mendampingi sang Nabi Saw dengan pengorbanan yang paripurna ini mendapatkan salam dari Allah dan Malaikat Jibril seraya menyampaikan berita bahwa ia akan mendapatkan rumah di surga.

Salam cinta dari kami, wahai bunda. Semoga kelak kami dapat bercengkrama denganmu di surga.
 
*Hampir menembus pagi, 27 Rabiul Awal 1438 H. 
(Sumber: Al-Mishri, Mahmud. 2006. 35 Sirah Shahabiyah: 35 sahabat wanita Rasulullah SAW. Jakarta: Al-I'tishom).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar